Breaking News
Loading...
Jumat, 28 Maret 2014

Meluruskan Kiblat Pelajar Indonesia

06.56




Jika kita mengenal ungkapan umum bahwasanya pelajar adalah tiang negara (baik pelajarnya baik pula negaranya), maka potensi pelajar sangat didambakan oleh suatu negara. Tinggal potensi pelajar hari ini akan membanggakan bangsa dan negara atau justru sebaliknya. Jumlah pelajar Indonesia yang lebih dari 58 juta itulah potensi harapan Indonesia.
Melihat kondisi pelajar yang beraneka ragam dengan bebagai macam karakter, harusnya menjadi catatan tersendiri. Dari pelajar yang berprestasi hingga pelajar yang belum memiliki arah hidup pada dasarnya mereka berusia remaja. Artinya potensi pelajar dalam menentukan arah hidupnya ke depan berada dalam masa transisi yang tidak luput dari kerentanan.
Di mana pelajar itu tinggal, dengan siapa, bergaul dengan siapa, bagaimana kondisi lingkungannya, serta bagaimana kondisi pendidikan hingga ekonominya sangat berpengaruh pada karakter yang terbentuk dalam diri pelajar itu sendiri. Memang banyak pelajar Indonesia yang memiliki segudang prestasi, tapi tidak sedikit pula yang terjerumus dalam lembah yang lain. Kenakalan pelajar misalnya, dapat berdampak buruk dalam kehidupan pelajar tersebut.
Kehidupan para pelajar dimulai dari mengenal dunia baru di luar lingkungan keluarga, yaitu sekolah. Sekolah itulah yang menjadikan seorang anak-anak atau remaja memiliki gelar pelajar, dalam arti yang sederhana pelajar berarti orang yang belajar.
Bagaimana seorang pelajar itu belajar, menjadi titik awal gerbang pengetahuan maupun pemikiran yang masuk ke dalam wahana pembelajaran pelajar itu. Guru, teman-teman, buku-buku yang dibaca, maupun lingkungan sangat erat dalam membentuk karakter pelajar. Pelajar yang memiliki tekat kuat belajar serta memiliki cita-cita dan berkomitmen menggapai cita-cita tersebut, merupakan harapan dari orang tua agar berproses menuju prestasi.
Dari permasalahan pelajar yang ada di tanah air ini, seperti : tawuran, seks bebas, narkoba, kekerasan, dan lain sebagainya merupakan salah satu wujud dari aktualisasi dalam pencarian jati dirinya dalam fase usia remaja. Inilah yang perlu diadvokasi atau didampingi agar dalam fase remaja ini, para pelajar dapat sadar, kritis, dan terbuka akan peran penting yang sedang mereka jalani.
Wujud penanaman nilai maupun norma bukanlah tanggungjawab guru di sekolah saja. Orang tua, lingkungan, mapun aktivis pelajar juga memiliki peran yang sama dalam membentuk karakter pelajar Indonesia.
Maka dari itu, waktu luang dari pelajar di sela-sela jam sekolah maupun di luar jam sekolah mesti terisi dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Sehingga tidak ada pelajar yang gemar dengan jam kosong, membolos, atau melakukan tindakan-tindakan negatif yang mengarah pada kenakalan pelajar.
Memaksimalkan Potensi Pelajar
Kaum pelajar sampai saat ini sebagian besar masih termarginalkan. Belum ada kepercayaan penuh bagi pelajar itu sendiri dalam mengambil langkah-langkah yang akan mereka jalani. Orang tua, guru, maupun elemen masyarakat beranggapan bahwa kaum pelajar tidak memiliki peran yang berarti selain mesti belajar, menimba ilmu, serta melakukan aktivitas-aktivitas dalam hal kegiatan pelajar.
Komunitas pelajar yang ada di sekitar kita, seperti : komunitas menulis, olah raga, sains, fotografi, komunitas berbasis hobi, bahkan komunitas di dunia maya, serta komunitas-ikomunitas yang lain adalah wujud dari aksistensi pelajar itu sendiri agar mereka merasa “dianggap” ada di dunia ini, minimal dalam komunitasnya. Potensi pelajar yang demikianlah yang patut mendapatkan pengakuan dan penghargaan. Dan pemerintah idealnya wajib memfasilitasi keberadaan mereka dalam komunitas-komunitas tersebut.
Di lain sisi, pelajar juga dituntut sadar akan perannya di saat masa-masa mereka menyandang gelar pelajar. Orientasi yang utama bagi pelajar, mereka mesti peka, kritis, dan kreatif dengan kondisi dan peran mereka sehingga tidak disorientasi akan perannya yang lebih besar di masa yang akan datang.
Potensi yang ada dalam pelajar-pelajar itu baiknya tidak hanya dimaksimalkan oleh kaum pelajar saja, tetapi semua pihak bertanggung jawab untuk turut ambil bagian mendampingi segala potensi yang ada dalam pelajar, karena pelajar adalah aset sumber daya manusia yang jauh lebih besar potensinya bagi bangsa ke depan.
Reorientasi Gerakan Pelajar
Dunia hari ini tentu jauh berbeda dengan dunia di masa lalu. Begitupun dunia pelajar. Teknologi canggih, informasi yang cepat, serta pergaulan global menjadikan konteks keduniaan yang baru berada di tengah-tengah kita. Dunia tersebut yang juga dihadapai kaum pelajar hari ini.
Meluruskan arah kiblat dunia pelajar, tidak akan mudah dan berhasil tanpa dimulai dari langkah-langkah strategis menuju gerakan pelajar yang bermartabat dan berkarakter. Nilai yang dijunjung oleh bangsa kita, idealnya tertanam jauh di sanubari setiap jiwa pelajar; sifat jujur, nasionalisme, patriotisme, berakhlak mulia, dan berbagai nilai yang ada di bangsa kita. Nilai-nilai inilah yang menjadi pondasi awal yang harus dimiliki setiap pelajar dalam menjalankan segala aktivitasnya. Dengan demikian, apapun gerakan pelajar yang diusung akan tetap memegang teguh nilai dan norma yang ada.
Selain itu, pelajar sebagai basis kaum berilmu harusnya memiliki gagasan, karya, serta aktualisasi keilmuan. Budaya membaca, menulis, penelitian, survey, maupun budaya keintelektualan yang lain benar-benar diusung dan dibudayakan. Harapan besar bangsa ini dari pelajar Indonesia adalah bisa menawarkan gagasan, mengeluarkan keterpurukan bangsa dan menempatkan bangsa ini setara dengan bangsa-bangsa yang memiliki peradaban tinggi. Bangkit terus pelajar Indonesia, dan persiapkan diri setiap pelajar menjadi pemimpin amanah bagi bangsa. (dha) Oleh Fida Afif (PP IPM)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer